MAKALAH
“PERKEMBANGAN MOTORIK DAN
APLIKASINYA”
Dosen Pengampu : Adhe Saputra,
S.Pd,M.Pd
Disusun oleh :
Andika safutra
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2015
Kata
Pengantar
Assalamualaikum
Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah swt karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.Adapun judul makalah kami adalah perkembangan
motorik dan pengaplikasiannya.
Makalah ini dibuat adalah salah satu
syarat menyelesaikan tugas mata kuliah motorik.Terima kasih kami ucapkan kepada
semua yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.Kami sudah mengerahkan
kemampuan yang kami miliki untuk membuat makalah ini.Kami menyadari banyak
kekurangan dalam makalah kami,jadi kami mengharapkan kritikan teman-teman
semuanya agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi nantinya.
Harapan kami semoga makalah dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
Kola
desti
Jambi,
26 oktober 2015
Daftar
Isi
Kata pengantar .................................................................................................. i
Daftar isi ........................................................................................................... ii
Bab I
pendahuluan
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan penelitian ........................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan penelitian ........................................................................................... 1
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian perkembangan motorik dan pengaruhnya................................... 2
2.1 Pengertian perkembangan motorik dan pengaruhnya................................... 2
2.2 Hubungan pengaplikasian penjas terhadap
perkembangan motorik ............ 2
2.3 Teknik latihan perkembangan
gerak.............................................................. 3
Bab III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 8
3.2 Saran ............................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 8
3.2 Saran ............................................................................................................... 8
Daftar pustaka
........................................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan,
bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara
sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan sebagai
suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan
sangat penting, yaitu melatih perkembangan motorik dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan
secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk
pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pengertian perkembangan Motorik dan
Bagaimana pengaruh perkembangan
motorik terhadap konsentrasi perkembangan individu ?
2. Apa hubungan pengaplikasian Penjas
terhadap perkembangan motorik ?
3. Bagaimana teknik latihan perkembangan gerak?
1.3
Tujuan penulisan
1. Pengaplikasian perkembangan motorik.
2. Mengerti akan pengertian perkembangan
motorik.
3. Mengerti akan pengaruh perkembangan motorik
terhadap konsentrasi perkembangan
individu.
4. Mengerti dan memahami hubungan pengaplikasian
Penjas terhadap perkembangan motorik.
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik latihan
perkembangan gerak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Perkembangan Motorik dan Pengaruhnya
Perkembangan motorik merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.
Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan
individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat
menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang
dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau
memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat
beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam
kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat
ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3. Melalui
perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak
sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal
memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan
yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman
sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer
(terpinggirkan)
2.2 Hubungan Pengaplikasian Penjas Terhadap
Perkembangan Motorik
Pendidikan Jasmani merupakan bagian
integral dari pendidikan keseluruhan untuk dalam pendidikan sendiri Pendidikan
jasmani tidak dapat dianggap sebagi suatu hal yang tidak penting karena pada
dasarnya seorang anak yang telah diajarkan penjas memiliki perkembangan motorik
yang lebih optimal karena mereka yang mengenal penjas lebih mengerti akan
bagimana cara mengolah tubuh dan mengembangkan diri dengan Mengembangkan
keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan
olahraga yang terpilih serta dapat Meningkatkan pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik.
Menurut dr. Karel A.L. Staa, M.D olah raga memberi
manfaat bagi perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya,
olahraga juga amat baik untuk perkembangan otak serta psikologis anak.
Beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan motorika anak ialah.
- Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya.
- Memberikan keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan dan tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997).
- Kegiatan olahraga di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997)
Selain berbagai kegiatan jasmani
diatas ,ada hal lain yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak
adalah gizi anak. Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi
terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp pada
penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional
isolationism ‘isolasi diri’ yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan
energi yang banyak (conserve energy) dengan mengurangi kegiatan
interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi.
Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan
potein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu
berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan
fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang
gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional
isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa
aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh
mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.
2.3 Teknik Latihan Perkembangan Gerak
Semua
pembelajaran memerlukan beberapa bentuk latihan. Konsep dari keterampilan
sendiri sudah didasarkan pada asumsi bahwa latihan mendahului penguasaan tugas.
Latihan keterampilan gerak dapat terjadi pada waktu yang berbeda dan tempat, di
bawah kondisi yang berbeda-beda. Kadang-kadang latihan dapat terjadi hampir
tidak disengaja, tetapi kadang latihan juga benar-benar direncanakan secara
matang. Namun secara umum, bentuk latihan dapat dibedakan antara latihan yang
berbentuk latihan motorik dan fisik (physical rehearsal) serta latihan yang
berbentuk latihan mental (mental rehearsal).
1. Teknik Latihan Fisik dan Motorik
Siapapun
menyatakan bahwa practice makes perfect mengetahui bahwa penguasaan
keterampilan memerlukan pengulangan. Akan tetapi, pengulangan sendiri tidak
menjamin meningkatnya penguasaan keterampilan tetapi hanya memperkuat
pembentukan perilaku permanen. Oleh karena itu, di jaman mutakhir ini, adagium
lama tersebut akan lebih tepat berbunyi latihan yang dirancang efektif membuat
sempurna (Effectively designed practice makes perfect). Dalam bagian ini akan
di bahas beberapa teknik latihan fisik, di antaranya latihan simulator dan
latihan gerak lamban.
• Latihan Simulator
Simulator
adalah alat latihan yang meniru keadaan tertentu dari tugas yang menyerupai
gerak sebenarnya. Simulator sering berupa alat yang rumit, canggih, dan mahal,
seperti alat yang digunakan untuk melatih pilot. Tetapi simulator juga tidak
selalu rumit. Banyak perlengkapan yang malahan dapat dibuat sendiri oleh guru
atau pelatih, sebagai alat bantu tambahan. Simulator dapat menjadi bagian
penting dari program pengajaran, terutama ketika tugas gerak yang dipelajari
berbiaya mahal dan berbahaya (misalnya belajar menerbangkan pesawat tempur),
ketika ketersediaan fasilitas amat terbatas (misalnya memasukkan bola ke green
di lapangan golf), atau ketika latihan yang normal tidak memungkinkan (misalnya
ketika pitcher softball sudah kelelahan, mesin pitching dapat digunakan untuk
latihan memukul).
• Latihan Gerakan Lamban
Satu
metode untuk menyederhanakan latihan dari keterampilan target adalah latihan
gerakan lamban. Pertanyaan penting untuk ditanyakan di sini adalah apakah versi
gerakan lamban dari keterampilan target benar-benar sama dengan versi kecepatan
normal? Tentu saja, kekhususan dari gagasan pembelajaran akan menyatakan bahwa
gerakan lamban anat berbeda jauh dengan versi kecepatan normal. Akan tetapi,
dari perspektif program gerak yang digeneralisasi, latihan gerakan lamban akan
menghasilkan beberapa manfaat. Satu parameter dari program gerak yang
digeneralisasi adalah kecepatan umum, nilai yang dapat divariasikan oleh pelaku
bergantung pada seberapa lamban dan cepat mereka memutuskan untuk melakukan
pola geraknya. Jika pelaku memperlambat gerakannya sedikit, mereka akan
menggunakan program gerakan yang digeneralisasi seperti ketika mereka
melakukannya untuk kecepatan yang lebih tinggi. Latihan gerakan lamban
karenanya tetap bermanfaat pada latihan di tahap-tahap awal pembelajaran.
Dengan melatih gerakan lamban, mereka harus dapat mengontrol gerakan mereka
secara lebih efektif, sehingga mengurangi kesalahan dalam pola gerak fundamentalnya.
Namun
demikian, guru perlu berhati-hati dalam menyarankan gerakan lamban ini agar
tidak terlalu lamban. Jika pelaku memperlambat gerakannya terlalu banyak
(misalnya, gerakan melempar yang berlangsung sampai 20 ms), pelaku sebenarnya
mengubah dinamika esensial dari gerakannya. Jika pelaku terbiasa dengan gerakan
lamban, mereka akan mengabaikan penggunaan program kecepatan normal.
2. Teknik Latihan Mental (Mental Rehearsal)
Dalam
khasanah pembelajaran gerak, kini muncul kesadaran bahwa upaya penguasaan
keterampilan tidak hanya difokuskan pada pembelajaran geraknya saja, melainkan
disadari perlunya menyisihkan waktu untuk latihan mental (mental rehearsal).
Latihan mental adalah proses latihan dengan cara memikirkan atau membayangkan
secara mental aspek tertentu dari keterampilan yang sedang dipelajari, tanpa
terlibat dalam segala macam gerak sesungguhnya. Dalam khasanah pelatihan kita,
praktek pelatihan mental sering juga disebut latihan nir-gerak atau
nir-motorik. Pertanyaan yang muncul adalah, benarkah latihan mental dapat
menyumbang pada pembelajarn gerak? Hingga beberapa tahun lalu, para ilmuwan
dalam wilayah pembelajaran gerak masih meragukan bahwa penguasaan keterampilan
dapat ditingkatkan melalui latihan mental. Pemahaman mereka tentang latihan dan
pembelajaran terfokus pada kepercayaan bahwa aksi fisikal yang nyata adalah
factor yang esensial dalam pembelajaran gerak. Sulit dipahami oleh para ahli
bahwa pembelajaran dapat terjadi jika tidak ada gerakan aktual di dalamnya,
terlibatnya anak dalam praktik yang aktif, atau hadirnya umpan balik yang
dihasilkan dari gerakan (movement-produced feedback) yang memberi tanda adanya
kesalahan.
Bukti-bukti
yang melimpah dan pengalaman langsung dari para pelatih barangkali telah
menjelaskan bahwa latihan fisik atau gerak sifatnya lebih superior daripada
latihan mental ketika menjalankan pembelajaran keterampilan gerak. Akan tetapi,
dalam beberapa hal, latihan mental telah menghasilkan hasil hampir sebaik dari
latihan motorik sendiri, terutama jika dijadikan porsi pelengkap dari latihan
gerak dan latihan fisik. Apalagi sifatnya yang sangat fleksibel, bahkan ketika
para atlet sedang cedera sekalipun di mana latihan teknik dan fisik sedang
tidak mungkin dilakukan. Selama latihan mental, anak atau atlet dapat diingatkan
kepada aspek prosedural atau aspek simbolik dari keterampilan (misalnya, urutan
langkah dalam rangkaian dansa atau gerakan stroke dalam permainan raket),
sehingga ini disebut praktik mental (mental practice), atau mereka membayangkan
dirinya seperti benar-benar sedang memenangkan pertandingan, yang kadang
disebut secara khusus sebagai pembayangan mental (mental imagery). Kita akan
coba membahas kedua bentuk latihan tersebut di bagian berikutnya.
• Praktik Mental
Teori
awal dari latihan mental dirumuskan oleh Sackett (1934), yang mengusulkan bahwa
jenis latihan nir-gerak ini memudahkan pembentukan elemen simbolik dari
keterampilan. Misalnya, seorang perenang pemula dapat mengingatkan gerakan
menarik dan gerak memasukkan tangan sebagai bagian dari gerakan lengannya.
Elemen kognitif ini awalnya hanya dianggap penting selama masa-masa awal
tahapan pembelajaran (dikenal dengan tahap verbal-cognitive stage). Akan tetapi
ketika Feltz dan Landers (1983) melakukan review pada berbagai literatur
(penelitian literatur), mereka menemukan bahwa tanpa memperhatikan tahapan
keterampilan pelaku, praktik mental ternyata lebih efektif untuk tugas-tugas
yang berisi banyak komponen simbolik kognitif. Hal ini menjadi masuk akal
manakala kita mempertimbangkan jenis aktivitas mental yang berlangsung ketika
orang memikirkan tentang memproduksi gerakan yang efektif. Terutama strategi,
fokus gerakan, dan informasi pengajaran umum, semuanya merupakan bagian dari
kategori ‗elemen simbolik kognitif‘ dari keterampilan. Dan semuanya akan
menjadi hal yang dapat dilakukan oleh semua anak untuk dipraktekkan secara
mental tanpa kesulitan.
Praktek
mental dari elemen kognitif, simbolik dan prosedural dari suatu tugas tidak
memerlukan alat apapun dan memungkinkan sekelompok besar anak untuk terlibat
dalam waktu yang bersamaan. Terdapat bukti yang mencukupi bahwa untuk atlet
yang belum berpengalaman, mengganti-ganti antara praktik mental dengan praktik
gerak merupakan strategi efektif untuk meningkatkan penampilan gerak. Guru atau
pelatih yang cerdas akan dapat menemukan cara untuk mengkombinasikan kedua
jenis latihan tersebut untuk menambah peningkatan penampilan yang
maksimal.
• Pembayangan Mental
Jenis
khusus dari latihan mental sering disebut sebagai pembayangan mental (mental imagery).
Selama pembayangan mental, anak atau atlet berusaha untuk melihat dan merasakan
dirinya seperti benar-benar sedang melakukan keterampilan. Pembayangan dapat
terjadi dalam bentuk perspektif internal (cara gerakan dan lingkungan gerak
dialami langsung ketika atlet beraksi di lapangan) atau dalam bentuk perspektif
eksternal (cara gerakan yang divideokan dan diputar ulang untuk dilihat anak
atau atlet yang bersangkutan). Perspektif mana yang bekerja baik akan sangat
bergantung pada jenis keterampilan yang dipelajari, meskipun jenlas pula bahwa
hal itu juga bergantung pada pilihan pribadi si atlet. Misalnya, atlet yang
membayangkan tembakan lemparan bebas dalam baske dapat mengambil manfaat dari
perspektif internal, dan seorang peloncat indah atau pesenam dapat mengambil
manfaat dari perspektif eksternal, terutama jika dirinya membayangkan sebuah
salto yang sulit. Pembayangan yang paling efektif, tanpa melihat perspektif
mana yang dipakai, adalah yang menstimulasi baik penglihatan maupun perasaan
(kadang termasuk suara dan penciuman) dari gerakan aktualnya.
Dukungan
yang sangat awal tentang hubungan antara pikiran (mind) dan gerakan (movement)
selama pembayangan mental, datang dari Jacobson (1930). Dia mengamati bahwa
ketika atlet membayangkan gerakan secara mental, aktivitas elektris yang lemah
dalam EMG terjadi dalam perototan yang terlibat, meskipun aktivitasnya jauh
lebih kecil dalam ukurannya daripada yang diperlukan ketika harus menghasilkan
aksi sebenarnya. Jadi, Jacobson menyarankan bahwa, ketika atlet membayangkan
dirinya bergerak, sebuah rencana aksi disalurkan oleh sistem syaraf pusat ke
arah otot, memberikan
sebuah
bentuk ―latihan tanpa hadirnya gerakan tubuh sebenarnya. Penjelasan yang lebih
mutakhir tentang manfaat pembayangan diusulkan oleh MacKay (1981). Menurut
MacKay, unit-unit otot ―dipancing untuk beraksi selama pembayangan mental, dan
batas-batas manfaat dari pemancingan penampilan fisik berikutnya tersebut
bergantung pada jumlah latihan fisik yang sudah dilakukan pada keterampilan yang
dipelajari. Pandangan ini menerima dukungan yang kuat dari studi dalam wilayah
psikologi olahraga, yang menunjukkan bahwa atlet tingkat tinggi memperoleh
manfaat yang lebih besar dari latihan mental daripada atlet yang pemula (Vealey
& Breenleaf, 1998). Barangkali, pembayangan mental terhadap komponen otot
dan proprioceptive tugas yang dipelajari terjadi lebih efektif ketika pelakunya
lebih familiar dengan komponen-komponen tersebut. Menurut pandangan MacKay,
pemancingan terhadap unit-unit otot selama pembayangan mental akan menjadi
lebih efektif ketika atlet menjadi lebih mengenal properti fisikal dari tugas
yang dipelajari.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari beberapa uraian dan penjelasan
yang telah dikemukakan di atas maka dapatlah penulis mengambil kesimpulan bahwa
dengan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ini, peserta
didik dapat mengembangkan diri dengan gerakan-olahraga sehingga secara langsung
maupun tidak langsung peserta telah mengembangkan gera motoriknya selain itu
peserta juga mampu mempraktikkan teknik-teknik dasar dalam olahraga
dengan baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, kejujuran,
keberanian, menghargai lawan, kerja keras, dan menerima kekalahan serta dapat
mengaplikasikan cara hidup yang sehat dan bersih.
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini,
sangat mengharap atas segala saran – saran dan kritikan bagi para pembaca yang
kami hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang
lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang memuaskan bagi
tugas yang kami laksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs Agung,
Aspiras. 2007. semester 1-2, penerbit dan percetakan Pustaka
Manggala,.
http://sawfadise.blogspot.co.id/2012/04/hubungan-perkembangan-motorik-pada.html (diakses pada tanggal: 20 oktober
2015).
https://parentingislami.wordpress.com/2008/03/03/aspek-perkembangan-motorik-dan-keterhubungannya-dengan-aspek-fisik-dan-intelektual-anak-part-2/ ( diakses pada tanggal: 18 oktober
2015)
No comments:
Post a Comment