lkc

Monday, 6 March 2017

Makalah STUDI KASUS ANAK KESULITAN BELAJAR




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus menangani siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Siswa-siswa yang sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini.
Berdasarkan pengamatan pada saat proses belajar mengajar dan wawancara dari beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar, serta metode pembelajaran guru yang kurang memberikan porsi yang cukup untuk mengadakan tindakan khusus terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka fenomena tersebut menjadi bagian dari sitem pendidikan yang tak pernah lepas.
Dari hal tersebut di atas, maka pada penelitian yang berjudul “ Studi Kasus Kesulitan Belajar Siswa Kelas  III SDN ” ini memberikan kontribusi supaya mampu memberikan perubahan dan pengentasan masalah kesulitan belajar siswa.

 1.2. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang akan di bahas adalah :
Pengertian Kesulitan Belajar?
2  Faktor penyebab Kesulitan Belajar ?
3  Karakteristik Kesulitan Belajar?


1.3. Tujuan Penulisan
          Dengan rumusan masalah yang telah diutarakan di atas, tujuan penulis dalam pembuatan makalah tentang Kesulitan Belajar adalah agar pembaca dapat :
ü  Mengetahui dan memahami apa arti Kesulitan Belajar
ü  MengetahuiFaktor Penyebab Kesulitan Belajar
ü  MengetahuiKarakteristik Kesulitan Belajar










BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Kesulitan Belajar
Kata mengatasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara   lain diartikan “Menanggulangi” (Depdikbud, 1991:1005). Sedangkan Kesulitan berarti “Keadan yang sulit; sesuatu yang sulit, kesukaran. (Depdikbud, 1991: 971).
Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana dikutip oleh Ratna Wilis Dahan dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar, memberikan definisi belajar yaitu : “suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. (Dahan, 1989:11).
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003).
Tidak seperti cacat fisik, kesulitan belajar tidak terlihat dengan jelas dan sering disebut ”hidden handicap”. Terkadang kesulitan ini tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya anak yang mengalami kesulitan belajar sering diidentifikasi sebagai anak yang underachiever, pemalas, atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami perasaan frustrasi, marah, depresi, cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell, 2001).
Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional.

2.2. Faktor penyebab Kesulitan Belajar
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :
a. Faktor keturunan/bawaan
b. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau premature
c. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan.
d. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
e. Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
f. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.

2.3.Karakteristik Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities.Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1)Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2) Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3)Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4) Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5) Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.





BAB  III
STUDI KASUS ANAK KESULITAN BELAJAR

3.1.Identifikasi Kasus
Penulis menagadakan penelitian dengan menggunakan metode wawancara dan menganalisa data khususnya kelas III ( Tiga). Masih ada beberapa murid yang mengalami kesulitan belajar.Tentunya kesulitan belajar itu diakibatkan oleh beberapa faktor. Namun pada kesempatan kali ini penulis hanya akan mencoba mengambil sampel pada murid yang berada di kelas III yaitu Agit Prayoga. Dimana murid ini memiliki masalah kesulitan belajar. Agit Parayoga memiliki kesulitan belajar Under Achiever
Adapun sebab penulis menyimpulkan kesulitan belajar tersebut setelah melakukan analisis seperti yang dijelaskan berikut ini :
1.Pengumpulan Data
Didalam pengumpulan data penulis memperoleh data tentang kesulitan belajar tersebut menggunakan metode observasi dan wawancara (interview) dengan wali kelas III.
Dari jumlah keseluruhan murid sebenarnya kesulitan belajarnya tidak terlalu banyak hanya beberapa macam.Namun si Agit Parayoga ini memiliki masalah apalagi nilai murid tersebut sangat rendah.Kami juga telah memberikan beberapa layanan namun belum juga berhasil dan hasilnya nilai semester ganjil Tahun 2010/2011 ini juga belum memuaskan.Si Agit Parayoga itu sebenarnya kalau belajar ditanya dia pasti bisa menjawab namun dia itu sering menggangu teman dan tugas-tugas jarang dikerjakan.





 ContohData Siswa Yang Di Teliti MinsalnyaYaitu :
a. Siswa
Nama                                       : Agit Prayoga
Tempat Tanggal Lahir             : KERINCI, 01 -09-2006
Nis                                           : 0030026995
Kelas                                      : III (tiga)
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Agama                                     : Islam
Pendidikan sebelumnya:
Alamat Siswa                          : Kabupaten Kerinci desa lolo kecil

b. Orang Tua
Ayah                                       : Johar
Pekerjaan                                 : Buruh
Ibu                                           : Wati
Pekerjaan                                 : Ibu Rumah Tangga




2.Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.Penulis sudah memahami bahwa murid tersebut mengalami kesulitan belajar yang berbeda. Seperti yang disampaikan wali kelas III, kami menyimpulkan bahwa : Agit Parayoga itu kesulitan belajarnya adalah Under Achiever yakni mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
3. Diagnosis
Setelah menyimpulkan masalah yang dialami kedua murid tersebut. Timbulnya masalah yang dihadapi Agit Parayoga disebabkan oleh faktor yaitu :
Setelah melihat data-data sendiri dan mendapat hasil home visit wali kelas, dapat dilihat bahwa latar belakang keluarga yang berasal dari buruh dan ibu hanya sebagai ibu rumah tangga. Di rumah Agit Parayoga jarang diperhatikan belajarnya.Dan perhatian khusus kedua orang tuanya tentang perkembangan belajarnyapun jarang.Ibunya sendiri yang hanya di rumah sibuk ngurusin adik-adiknya.Walaupun sebenarnya masih ada waktu banyak untuk meluangkan waktu untuk memperhatikan belajarnya Agit Parayoga, namun itupun tidak dilakukan.Selain kurang perhatian, keluarga Agit Parayoga juga sangat sederhana dan pas-pasan. Waktu home visite Ibunya menyampaikan BZ sering minta dibelikan perlengkapan sekolah, namun karena tidak ada uang maka tidak diberikan.

4. Prognosis
Setelah melakukan diagnosis kesulitan belajar murid tersebut, pihak sekolah melalui wali kelas telah melakukan beberapa hal yakni :
1)      Bimbingan Pribadi
2)      Kunjungan Rumah (home visit)


5. Evaluasi dan Follow Up
Setelah memberikan beberapa macam layanan bimbingan.Pihak sekolah melakukan evaluasi bahwa kedua anak tersebut harus mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya.Dan pihak sekolah selalu memberikan informasi kepada orang tua masing-masing terkait ada atau tidaknya perkembangan hasil belajar keda murid tersebut.

3.2. Layanan Yang Telah Diberikan
Dalam memberikan pemahaman demi kelancaran dan keberhasilan murid di SDN, pihak sekolah telah memberikan beberapa layanan, yaitu :
1.Layanan Orientasi
Layanan orientasi ini diberikan pada saat permulaan awal masuk sekolah. Isinya tentang apa saja yang akan dipelajari selama kelas V dan khususnya pelajaran semester ganjil.
2.Layanan Informasi
Layanan informasi ini diberikan untukm membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna bagi individu murid sebagai penunjang pembelajarannya di sekolah. Seperti menyampaikan aga murid menyiapkan buku tulis tiap bidang studi, jadwal belajar, dan lain-lain
3. Layanan Penempatan Penyaluran
Layanan ini telah dilakukan dengan menempatkan posisi tempat belajar yang sesuai.
4. Layanan Pembelajaran
Layanan ini diberikan agar murid mampu melaksanakan kegiatan belajar dengan baik dan seoptimal mungkin, baik di sekolah maupun di rumah.


5. Layanan Bimbingan Kelompok
Wali kelas III sewaktu-waktu memberikan layanan bimbingan kelompok pada muridnya.Hal ini bertujuan agar murid-murid memahami betapa pentingnya kerjasama dalam hal sosial.Membuat jadwal piket, dan struktur kelas.
6. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi ini dilakukan pihak sekolah kepada murid yang menagalami kesulitan belajar..Bimbingan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pemberian pengertian tentang masalah yang dihadapinya dan saran-saran untuk penyelesaian masalah belajarnya.

3.3.Solusi
Setelah melakukan tahapan untuk menyimpulkan masalah kesulitan belajar pada Agit Parayoga, penulis menyarankan kepada wali kelas III agar memberikan layanan kepada murid tersebut.
Untuk mengatasi siswa underachiever (Agit Parayoga), model trifokal yang diajukan Rimm  adalah salah satu pendekatan yang paling komprehensif untuk mengatasi siswa yang underachiever. Model ini melibatkan individu sendiri, lingkungan rumah dan sekolah. Masing-masing pihak yang terlibat tersebut diikutsertakan dalam program trifokal ini, sehingga setiap orang yang diperkirakan berkontribusi terhadap masalah underachiever dapat menyelesaikan masalah anak dengan lebih komprehensif. Agar dapat mengatasi siswa underachiever dengan tepat, maka diperlukan intervensi yang berbeda pada setiap kasus karena menurut Hansford underachievement sangat spesifik pada individu masing-masing.
            Underachievement adalah pola perilaku yang dipelajari dan tentunya dapat juga diubah dan untuk meningkatkan prestasi anak underachiever dapat dilakukan dengan membangun self-esteem, meningkatkan konsep diri, meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik, mengajari cara belajar (study skills), manajemen waktu dan mengatasi kekurangannya dalam hal akademik.

BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik.
siswa yang mengalami kesulitan belajar, serta metode pembelajaran guru yang kurang memberikan porsi yang cukup untuk mengadakan tindakan khusus terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka fenomena tersebut menjadi bagian dari sitem pendidikan yang tak pernah lepas.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis buat.Dapat disimpulkan bahwa murid di kelas III SDN yang memiliki kesulitan belajar adalah Agit Parayoga. Dan cara menyelesaikan atau penanganan yang tepat terhadap kesulitan belajar tersebut adalah :
Agit Parayoga diberikan layanan model trifokal adalah salah satu pendekatan yang paling komprehensif untuk mengatasi siswa yang underachiever. Model ini melibatkan individu sendiri, lingkungan rumah dan sekolah. Masing-masing pihak yang terlibat tersebut diikutsertakan dalam program trifokal ini, sehingga setiap orang yang diperkirakan berkontribusi terhadap masalah underachiever dapat menyelesaikan masalah anak dengan lebih komprehensif.




4.2. Saran
Pada kesempatan ini, penulis akan menyampaikan beberapa saran :
1. Kepada Sekolah
Secara umum penulis melihat bahwa tidak ada kesulitan belajar luar biasa pada murid, namun beberapa individu mempunyai beberapa masalah dalam belajarnya.Untuk itu kami menyarankan agar SDN, agar memiliki seorang guru pembimbing khusus.Hal ini agar bembingan belajar dapat difokuskan pada pembimbing tersebut.

2. Kepada Guru Kelas
Kepada Guru Kelas, diharapkan agar dapat memberikan tahapan penyelesaian seperti yang kami gambarkan di atas. Tentunya hal itu akan berjalan efektif dengan kerjasama dengan pihak orangtua murid.

3. Kepada Orangtua
Kepada kedua orang tua, agar dapat memberikan perhatian penuh kepada anaknya.Luangkanlah waktu untuk mengevaluasi hasil belajarnya di sekolah.

4.  Kepada Murid
Untuk agar meningkatkan kualitas belajarnya dengan saran dari guru dan orangtua masing-masing.



DAFTAR PUSTAKA

Djumhur  I. dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling), C.V. ILMU: Bandung. 1975

Worung, E. J. I. Kasie dan Hermien Laksmiwati, Mencermati Masalah Keterampilan Melaksanakan Studi Kasus Wujud Kinerja Konselor Sekolah, Unesa Uneversity Press: Surabaya. 2005

PERKEMBANGAN PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT



PERKEMBANGAN PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT
By.andikasafutra.lkc
   
BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
            Akhir-akhir ini sering timbul pertikaian karena perbedaan-perbidaan kecil yang sedikit menyinggung maslah Sosial dan juga kesmaan derajat. Maka kami sebagai mahasiswa memiliki bentuk kepedulian untuk memberikan kontribusi ini minimal dengan menyusun paper yang berkaitan dengan berbagai pengetahuan akan Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat
  
B.Rumusan Masalah
            A. Apakah Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat itu?
            B.Bagaimana pernan Pemuda dalam meminimalisir masalah masalah yang berkaitan    
               dengan pelapisan sosial dan kesamaan derajat?

C.Tujuan
            A. Mengetahui pengertian Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derjat
            B. Menambah wawasan akan perkembangan Pelapisan Sosial & Kesamaan Derajat
            C. Mampu Memberikan kontribusi untuk masalah masalah tentang Pelapisan Sosial &
                Kesamaan Derajat.

BAB II. KAJIAN TEORI
1.     PELAPISAN SOSIAL

a.      Pengertian
Masyaraka terbentuk dari individu-indivu yang memilki berbagai latar belakang sehingga membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri atas kelompok-kelompok sosial.Dengan terjadinya kelompok sosial ini, terbentuklah suatu pelapisan masyarakat.
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan stabil maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gajala-gejala yang sama.
Masyarakat tidak dapat di bayangkan tanpa individu begitu pun individu tidak dapat dibayangkan tanpa adanya masyarakat.
Individu dan masyarakat adalah komplementer. Ini dapat kita lihat dari kenyataan, bahwa:
1.      Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya.
2.      Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan dapat menyebabkan perubahan besar bagi masyarakat.

Pitirim A. Sorokin memberikan definisi pelapisan masyarakat sebagai berikut “ pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat”. Lebih lengkap lagi batasan yang di kemukakan oleh theodorson di dalam Dictionary of sociology,  yaitu “lapisan masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang relatip permanen yang terdapat di dalam sistem sosial (dari kelompok kecil sampai masyarakat ) di dalam hal perbedaan hak, pengaruh, dan kekuasaan.”

b.      Pelapisan Sosial Ciri Tetap Kelompok Sosial
Di dalam organisasi masyarakat primitip yang belum mengenal tulisan, pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal ini bewujud berbagai bentuk sebagai berikut:
1.      Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dalam pembedaan hak dak kewajiban.
2.      Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang beroengaruh dan memiliki hak-hak istimwa.
3.      Adanya pemimpin yang paling berpengaruh.
4.      Adanya orang-orang yang dikecilkan di luar kasta dan orang yang di luar perlindungan hukum.
5.      Adanya pembagan kerja di dalam suku itu sendiri.
6.      Adanya perbedaan standar ekonomi dan di dalam ketidak kesamaan ekonomi itu secara umum. 

c.       Terjadinya Pelapisan Sosial
·         Tejadi dengan sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Karena sifat yang tanpa disengaja inilah, bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu berparesi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat tempat sistem itu belaku.
Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya, keduddukan seseorang secara otomatis berada pada strata atau pelapisan, mialnya karena usia tua, pemilikan kepandaian yang lebih atau kerabat pembuka tanah, seseorang yang memiliki bakat seni, atau sakti.

·         Tejadi dengan di sengaja
Sistem ini ditujukan untuk mengejar tujuan bersama.Sistem pelapisan yang di bentuk dengan sengaja ini dapat kita lihat, misalnya dalam organisasi pemerintahan, orgainisasi partai polotik, perusahaan besar, perkumpulan-perkumpulan resmi, dll. Ringkasnya, didalam organisasi pormal sistem oraganisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua sistem yaitu:
1.      sistem fungsional merupakan pembagian kerja kedudukan yang tingkatanya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat, misalnya kerjasama antara kepala seksi dll.
2.      Sistem skala, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah keatas.

d.      Pembagian Sistem Pelapisan Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1.      Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup dalam sistem ini, perpindahan anggota masyarakat kelapisan yang lain baik keatas maupun kebawah, tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Sistem pelapisan ini dapat kita jumpai misalnya di india yang masyarakatnya mengenal sistem kasta.
·         Kasta Brahmana, yang merupakan kastanya golongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi.
·         Kasta ksatria, merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.
·         Kasta waisa, merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah ketiga.
·         Kasta sudra,  merupakan kasta dari golongan rakyat jelita.
·         Paria, golongan dari mereka yang tidak mempunyai nkasta.Yang termasuk golongan ini misalnya kaum gelandangan, meminta-minta dan sebagainya.

Sistem ini juga dapat kita temui juga dalam masyarakat feodal atau masyarakat yang berdasarkan realisme, seperti pemerintahan di afrika selatan yang terkenal masih melakukan politik apartheid atau perbadaan warna kulit yang disahkan oleh undang-undang.

2.      Sistem Pelapisan Masyarakat yang Terbuka.
Di dalam sistem ini, setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh keatas dan kebawah. Sistem ini dapat kita temui misalnya di indonesia sekarang ini. Setiap orang di beri kesempatan untuk menduduki segala jabatan bila ada kessempatan dan kemampuan untuk itu.Sebaliknya, orang juga dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mampu memertahankannya.

2.      KESAMAAN DERAJAT

Hubungan antara manusia dan linkungan masyarakat pada umumya secara timbal balik.Artinya, setiap orang sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak dan kewajiban, baik tehadap masyarakat maupun pemerintah negara.Beberapa hak dan kewajiban ditetapka dalam undang-undang sebagai hak dan kewajiba asasi.Kesamaan derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai sektor kehidupan.Hak inilah yang banyak dikenal dengan hak asai manusia.

a.      Persamaan hak
Mengenai persamaan hak ini, selanjutnya di cantumkan dalam pernyataan sedunia hak asai manusia tahun 1948 dalam pasal-pasalnya, seperti:
Pasal 1: sekalian orang dilahirrkan merdeka dan mempunyai marrtabat dan hak yang sama. Mereka di karuniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.
Pasal 2 ayat 1: setiap orang berhak atas semua hak-hak  dan kebebasan-kebebasan yang tercantum didalam pernyataan ini denga tak ada kecuali apapun, seperti bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau pendapat lain, asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, milik, kelahiran ataupun kedudukan.
Pasal 7: sekalia orang adalah sama terhadap UU dan berhak atas perlindungan hukum yang sama denga tak ada perbedaan. Sekalian orang berhak atas perlindubgan yang sama terhadap setiap perbedaan yang memperkosa pernyataan ini dan terhadap segala hasutan yang ditujukan kepada perbedaan semacam ini.

b.      Persamaan derajat di indonesia
Dalam UUD 1945, hak dan kebebasan yang berkaitan dengan adanya persamaan derajat dan hak juga tercantum dalam pasal secara jelas yakni pasal 27, 28, 29, dan 31. Empat pokok hak asasi dalam empat pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut:
Pokok pertama,  tentang persamaan kedudukan dan kewajibag kewarga negara didalam hukum dan dimuka pemerintahan
Pasal 27 ayat 2 menetapkan “segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada pengecualian.”
Pokok kedua, selanjutnya dalam pasal 28 ditetapkan bahwa ” keemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh UU. “
Pokok ketiga, dalam pasal 29 ayat 2 dirumuskan kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara, yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan un tuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya.”
Pokok keempat, adalah pasal 31 yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran yang berbunyi (1) tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan (2) pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan UU.

BAB III. METODOLOGI
A.   Pendekatan Penelitiaan
Penelitian studi kasus ini menggunakan Metode Kualitatif,dengan spesifikasiStudi dokumen.Menurut Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si    Studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan  tertulis berdasarkan  konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus yakin bahwa naskah-naskah itu otentik.Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan.Para pendidik menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks.

B.   Tempat dan Waktu Penulisan
Penulisan ini dilakukan pada tanggal 24 November 2011 sampai dengan  25 November 2011,berlokasi di Rumah Penulis.

BAB IV. STUDI KASUS

Ada banyak sekali masalah mengenai Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat.
           
            Inilah salah satu contoh kasusnya adalah :

Penjara Mewah Artalyta Terungkap Berkat Laporan Warga
TEMPO Interaktif, Jakarta - Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum melakukan inspeksi mendadak ke dalam sel penjara Artalyta Suryani alias Ayin semalam. Inspeksi juga dilakukan di sel-sel lain di Rumah Tahanan Wanita Pondok Bambu, Jakarta Timur, tempat terpidana perkara suap terhadap jaksa Urip Tri Gunawan itu menjalani hukuman lima tahun penjara.

Hal itu dilakukan setelah satuan ini mendapat laporan adanya perlakuan khusus yang diberikan oleh petugas penjara."Pasti ada laporan," kata Ketua Satuan Tugas sekaligus Ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, Kuntoro Mangkusubroto, saat menghadiri acara di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan.

Namun Kuntoro enggan menyebutkan dari mana laporan itu berasal.Ia juga tak memerinci perlakuan khusus yang dimaksud. Tindakan tegas satuannya, menurut dia, merupakan langkah awal untuk memberantas mafia hukum.Sebab, perlakuan khusus di rumah tahanan dianggap mengganggu rasa keadilan.
Meski begitu, Kuntoro belum bersedia membicarakan kemungkinan sanksi yang akan diberikan kepada para petugas yang terbukti memberikan perlakuan istimewa itu. "Kita lihat perkembangannya dulu."
Seusai penggeledahan, Sekretaris Satuan Tugas Denny Indrayana mengatakan, dalam inspeksi yang digelar selama tiga jam mulai pukul 19.00 WIB itu, ditemukan berbagai penyimpangan."Ada sejumlah tahanan menerima fasilitas lebih lengkap," kata Denny.
Di sel Liem Marita alias Aling, misalnya, ditemukan berbagai fasilitas yang melebihi tahanan lainnya, antara lain tempat tidur, kulkas, ruang tamu, sofa, radio-tape, serta meja kerja. Bahkan Satuan Tugas menemukan ruang karaoke yang dilengkapi televisi.
Saat mendatangi sel Artalyta, Satuan Tugas mendapati ruang penjara Ayin terpisah dari sel para tahanan lain. Bahkan ada pintu khusus menuju ruangan besar yang dihuni orang dekat Sjamsul Nursalim ini."Ruangannya mencapai 8 x 8 meter," ujar Denny.
Selain terhadap ruang Aling dan Ayin, Satuan Tugas menginspeksi ruang tahanan Erry Fuad dan Ines Wulandari.Keduanya ditahan karena terlibat kasus korupsi proyek di Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Pemeriksaan juga dilakukan di ruang tahanan Darmawati Dareho, terpidana korupsi yang melibatkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Abdul Hadi Djamal.
Menurut Denny, semua tahanan itu mendapat fasilitas lebih banyak dibanding tahanan lainnya. Para tahanan itu pun bisa membawa telepon seluler dalam sel mereka."Itu sih sudah pasti," katanya.

Penggeledahan, kata dia, dilakukan setelah Satuan Tugas menerima informasi dari masyarakat soal pemberian fasilitas berlebihan.Sebelum menggeledah, Satuan Tugas telah berkoordinasi dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar."Dia mendukung penuh penggeledahan," katanya.

Satuan Tugas, kata dia, akan segera menindaklanjuti temuan ini. Mereka akan kembali berkoordinasi dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. "Para tahanan itu layak menempati sel yang sama sempitnya dengan tahanan lain," kata Denny.


BAB V. PEMBAHASAN

      Sesuai dengan kasus di dalam Studi Kasus,penulis mencoba memaparkan bahasan menurut penulis.

            Pada Hakekatnya sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia bahwa seluruh masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama,meskipun dalam Penjara seharusnya pihak pihak terkait tidaklah membeda bedakan perlakuan mereka terhadap tahanan tahanan tertentu seperti pada kasus diatas.
           
            Kasus ini merupakan cerminan bahwa Pelapisan Sosial masih mampu memberikan kekuatan kepada mereka yang berada dipuncak urutan lapisan sosial dalam mendapatkan haknya,dilain hal Kesamaan derajat seolah olah dinomor duakan atas nama pelapisan sosial yang kalau dilihat dari kasus diatas adalah Uang mampu mengubah seluruh dasar dasar Persamaan Derajat dan juga Persamaan Sosial.

            Sudah seharusnya pihak pihak terkait melakukan recovery dalam isu isu sensitif khususnya disini kecemburuan sosial yang akan terjadi apa bila pelapisan sosial itu diberlakukan dalam pelaksanan atau pemberian Hak – hak lebih kepada mereka yang berada di puncak lapisan sosial,dalam hal ini diukur dalam hal keuangan. Kepekaan akan Kesamaan Derajat juga perlu ditingkatkan pada Seluruh Masyarakat sehingga kerikil kerikil masalah yang menjurus pada kecemburuan sosial dapat diminimalisir. 

BAB VI PENUTUP

KESIMPULAN

1.    Masyaraka terbentuk dari individu-indivu yang memilki berbagai latar belakang sehingga membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri atas kelompok-kelompok sosial.
2.    Kesamaan Derajat adalah suatu kondisi dimana derajat non tuhaniah di dalam masyarakat sama.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. 

            Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan juga para pembaca sekalian.

lkc

Pantang balik kalakang news: Kamu Suka Begadang? Terapkan 10 Trik Ini Agar Tubu...

Pantang balik kalakang news: Kamu Suka Begadang? Terapkan 10 Trik Ini Agar Tubu... :               Kehidupan  modern  yang penuh denga...